KONSEP GENDER DALAM ISLAM

        Pengertian Gender dalam Islam

Gender dalam Islam menegaskan kesetaraan laki-laki dan perempuan sebagai hamba dan khalifah di bumi, dengan tanggung jawab dan potensi yang sama.

Islam menolak patriarki dan menempatkan perempuan sejajar dengan laki-laki, sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad yang memperjuangkan keadilan dan penghormatan terhadap perempuan.

Ketakwaan menjadi ukuran utama kedudukan manusia di sisi Allah, bukan jenis kelamin.

Prinsip Gender dalam Islam

1. Prinsip Persamaan:

Semua individu, tanpa memandang status sosial atau gender, memiliki hak yang sama dalam pendidikan.

2. Prinsip Keadilan:

Kesempatan belajar diberikan secara adil kepada semua orang, baik kaya maupun miskin, laki-laki maupun perempuan.

3. Prinsip Kebebasan:

Islam menekankan kebebasan untuk belajar tanpa diskriminasi.

4. Prinsip Non-Dominasi:

Kesetaraan gender bukan tentang siapa yang lebih unggul, tetapi keseimbangan dan penghormatan terhadap sesama.

5. Prinsip Ketakwaan Sebagai Ukuran:

Yang membedakan manusia di hadapan Allah adalah tingkat ketakwaannya, bukan jenis kelamin atau status sosial.

Implementasi di Indonesia

1. Ketimpangan dalam UU Perkawinan Lama

• UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 31 Ayat (3):

Suami sebagai kepala keluarga, istri sebagai ibu rumah tangga.

→ Sering ditafsirkan sebagai ketidaksetaraan peran.

• Usia minimum perkawinan:

19 tahun untuk laki-laki, 16 tahun untuk perempuan.

→ Terdapat ketidakseimbangan hukum yang merugikan perempuan.

2. Perubahan Menuju Kesetaraan

• Pemerintah merevisi aturan melalui UU No. 16 Tahun 2019

• Usia minimum perkawinan disamakan menjadi 19 tahun untuk laki-laki dan perempuan

• Bertujuan untuk menekan angka perkawinan anak dan meningkatkan kesetaraan gender dalam hukum

3. Tantangan dalam Implementasi

• Angka perkawinan anak justru meningkat setelah revisi UU

• Banyaknya permohonan dispensasi kawin

• Pasal dispensasi tidak memiliki tolak ukur yang jelas → ketidakpastian hukum

• Stigma sosial terhadap perempuan masih tinggi → berpengaruh pada tingginya angka perkawinan usia dini